Rabu, 16 November 2022

BERANDA


ADOPSI TEKNOLOGI OLEH USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH 

DI LATAR BELAKANGI 




Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau UMKM telah diapresiasi sebagai kontributor pengembangan ekonomi dan jaring pengaman pertumbuhan ekonomi di dunia, khususnya pada masa krisis selama lebih dari satu dekade ini (Ozigbo & Ezeaku, 2009). Pada saat yang sama, teknologi informasi dan komunikasi juga mengalami perkembangan yang luar biasa. Tidak sedikit para pelaku UMKM yang mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi akhirnya sukses mengelola bisnisnya. Mereka melihat bahwa teknologi berperan penting terhadap petumbuhan dan pengelolaan bisnis UMKM. Penelitian juga menunjukkan bahwa teknologi sangat berpengaruh signifikan terhadap pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UNCTAD, 2002; Ozigbo & Ezeaku, 2009). 

Pengamatan Penulis kepada pelaku UMKM, di Bandung khususnya, diketahui bahwa ada kecenderungan penggunaan teknologi dalam berbisnis hanya berfokus pada pemanfaatannya sebagai syarat utama untuk kinerja. Mereka tidak melihat cocok atau tidak dengan pekerjaan atau karakter bisnisnya. Kondisi ini berbeda dengan pandangan Goodhue (2000) bahwa teknologi walaupun digunakan pada tugas yang sama dengan teknologi yang berbeda akan berdampak berbeda pada kinerja, sehingga kecocokan teknologi dengan jenis pekerjaan atau bisnis sebaiknya yang diutamakan. Semakin baik kecocokannya, semakin positif. Hal inilah yang seringkali diabaikan oleh para pengguna teknologi khususnya UMKM. 

Akhirnya tidak sedikit pelaku UMKM yang mengadopsi teknologi mengalami pemborosan teknologi. Pemborosan teknologi pada UMKM dapat muncul dalam beberapa bentuk, investasi teknologi yang tidak sebanding dengan kinerja usaha, adopsi teknologi yang sangat canggih digunakan untuk aktivitas bisnis yang sederhana atau teknologi diadopsi karena style. Disisi lain, tidak sedikit pelaku UMKM yang anti teknologi, karena persepsi tersebut mengakibatkan bisnis yang dikelolanya tidak berkembang atau bahkan tutup usaha karena tidak mampu bersaing. Teknologi sejatinya menjadi sarana untuk meningkatkan efisiensi. Teknologi juga dapat meningkatkan corporate entrepreneurship, dengan indikasi inovasi organisasi, self-renewal, penemuan bisnis baru dan ketanggapan (Alvarez & Barney, 2007; Al-Adaileh & Al-Atawi, 2011).

 Dengan teknologi, para pelaku UMKM dapat meningkatkan tingkat ketepatan dalam berinovasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan. Berdasarkan pertimbangan pro dan kontra dalam penggunaan teknologi di Usaha Kecil dan Menengah maka penulis mempertimbangkan aspek Task Technology Fit (TTF) atau kecocokan tugas teknologi dalam pengelolaan bisnis di sektor UMKM. TTF dalam manajemen sistem informasi merupakan sebuah konstruk dari rantai kausal antara teknologi informasi dan kinerja. Hal ini sangat penting karena sebuah teknologi hanya dapat memiliki dampak kinerja positif jika “cocok” dengan tugas yang sedang didukungnya. Semakin baik kecocokannya dengan pekerjaan, semakin positif dampak kinerja. 

Manajemen Sistem Informasi dalam UMKM memang sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan aspek teknologi yang menyebabkan seseorang memilih untuk menggunakannya, tetapi juga dampak pada kinerja ketika teknologi digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membuat narasi model pemikiran tentang kecocokan tugas teknologi mengacu pada Dale L. Goodhue, yang berpendapat bahwa dalam hal meningkatkan dampak teknologi terhadap kinerja maka kita harus memasukkan aspek fokus pemanfaatan dan fokus kecocokan teknologi. Penulis juga memberikan pemaparan para ahli lain tentang model yang dapat dipertimbangkan dalam mengadopsi teknologi yang dapat dijadikan pertimbangan oleh para pelaku UMKM

HINGGA MENDAPAT KESIMPULAN

Konsep kunci dari TTF merupakan nilai teknologi dengan fungsionalitas tertentu yang tergantung pada seberapa banyak pengguna memerlukan fungsionalitas itu dalam tugastugas yang dilakukan. Hal ini perlu dipahami oleh para pelaku UMKM. TTF merupakan model pemikiran penting pada rantai teknologi terhadap kinerja yang sering diabaikan. TTF dapat mempengaruhi kinerja dengan dua cara. Pertama, dengan mempengaruhi kepercayaan pengguna tentang konsekuensi penggunaan teknologi. TTF dapat mengubah kemungkinan teknologi yang akan digunakan. Kedua, terlepas dari alasan teknologi ini digunakan, pada setiap tingkat penggunaan TTF yang lebih baik akan memberikan dampak pada kinerja. Pada akhirnya cara baru melihat kecocokan teknologi kerja menunjukkan bahwa teknologi memungkinkan urutan eksekusi yang berbeda untuk melaksanakan tugas mendasar. Setiap urutan eksekusi memiliki daya tarik tertentu yang mencakup implikasi terhadap kualitas output akhir, serta beban pelaku kerja yang melakukan urutan. Pada kenyataannya, pelaksana tugas memilih urutan eksekusi daripada teknologi, dan hal ini merupakan urutan eksekusi yang memiliki dampak kinerja. Kesimpulan bukan pada langkah-langkah yang dikembangkan oleh Goodhue sebagai cara untuk menilai kecocokan tugas teknologi, melainkan bahwa pendekatan yang digunakan oleh Goodhue adalah salah satu cara umum untuk mengembangkan pengukuran kecocokan tugas teknologi dalam berbagai tugas pelaku UMKM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar